Thursday, January 18, 2007

Pentingnya Praktik di Kelas dan Refleksi Dalam Pelatihan Guru

Pentingnya Praktik di Kelas dan Refleksi Dalam Pelatihan Guru



Pelatihan guru yang hanya mengandalkan ceramah tanpa ada praktik mengajar dikelas serta refleksi merupakan pelatihan yang tidak bermanfaat. Ceramah seperti ini bahkan tidak meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang bagaimana mengajar, apalagi meningkatkan keterampilan mengajar. Hal ini bagaikan panggang jauh dari api. Oleh sebab itu pelatihan-pelatihan guru sebaiknya mengintegrasikan diskusi dan pemecahan tentang mengajar dengan praktik di kelas dan refleksi.

Praktik di kelas merupakan upaya untuk memberi kesempatan kepada guru mendapatkan pengalaman langsung. Ide dasar belajar berdasarkan pengalaman adalah mendorong peserta pelatihan untuk merefleksi atau melihat kembali pengalaman-pengalaman mereka sehingga mereka dapat memperbaiki cara mengajarnya. Pentingnya pengalaman langsung terhadap proses belajar telah dikaji oleh Kolb (1984) dan Wallace (1994, dalam Millrood, 2001). Kolb mengatakan bahwa pembelajaran orang dewasa akan lebih efektif jika pebelajar lebih banyak terlibat langsung daripada hanya pasif menerima dari guru. Kolb (1984) dengan teori experiential learning-nya menjabarkan ide-ide dari pengalaman dan refleksi. Kolb mendifinisikan empat modus belajar yaitu: Concrete experience (pengalaman nyata), reflective observation (merefleksikan observasi), abstract conceptualization (konsep yang abstrak), dan active experimentation (eksperimen aktif).

Wallace (1994) mengatakan bahwa ada dua sumber pengetahuan yaitu pengetahuan yang diterima/diperoleh melalui belajar baik secara formal maupun informal (received knowledge) dan pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman (experiential knowledge). Kedua sumber pengetahuan tersebut merupakan unsur kunci bagi pengembangan profesionalisme. Wallace berasumsi bahwa masing-masing peserta pelatihan membawa pengetahuan dan pengalaman ke pelatihan tersebut. Wallace lebih lanjut menjelaskan bahwa efektifnya pelatihan tergantung pada bagaimana peserta pelatihan melakukan refleksi mengkaitkan antara pengetahuan dan pengalaman serta praktik mengajar untuk memperbaiki pembelajarannya lebih lanjut. Kemampuan melakukan refleksi dari praktik mengajar yang didasarkan pada pengalaman dan pengetahuan menentukan pencapaian kompetensi profesional.

Mengapa Refleksi itu penting?
Boud, et al (1985) mendefinisikan refleksi sebagai “a generic term for those intellectual and effective activities in which individuals engage to explore their experiences in order to lead to a new understanding and appreciation”. Reid (1993) menyatakan bahwa refleksi merupakan proses mereviu pengalaman untuk mendeskripsikan, menganalisis, mengevaluasi. Kemmis (1985) setuju dengan pendapat Reid bahwa proses refleksi bukan proses berpikir pasif tetapi merupakan proses berpikir aktif. Johns (1995) mencatat bahwa refleksi membantu praktisi (dalam hal ini guru) untuk menilai, memahami dan belajar melalui pengalamannya. Jadi refleksi meupakan proses belajar yang penting bagi guru untuk memperbaiki keterampilan mengajarnya.

Kapan refleksi dilakukan. Refleksi akan lebih baik dilakukan sebelum praktik mengajar dan setelah praktik mengajar. Refleksi sebelum praktik mengajar disebut sebagai anticipatory reflection berfungsi untuk mereviu rencana praktik dan mencari kelemahan-kelemahan yang mungkin terjadi ketika praktik mengajar. Refleksi setelah paraktik mengajar disebut sebagai retrospective thinking berfungsi untuk menemukan kelemahan-kelemahan keterampilan mengajar maupun kelemahan dalam mengembangkan pembelajaran. Berdasarkan kelemahan ini guru dapat merancang kegiatan yang berguna untuk meningkatkan proses pembelajaran dan keterampilan mengajarnya.

Selamat berkarya dan membantu guru-guru agar menjadi guru yang profesional. Dengan guru yang profesional maka anak-anak kita akan maju.

Hadi Suwono
Malang, 19 Januari 2007

No comments: